Share

Friday, January 27, 2017

Hama Penyakit Pada Pemeliharaan Ikan Patin




Penyakit pada ikan patin ada yang bersifat infeksi dan non-infeksi. Penyakit infeksi sebagai akibat dari infeksi yang timbul karena gangguan organisme patogen. Sedangkan penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul sebagai akibat adanya gangguang faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. 

Berikut akan penulis papar beberapa penyakit infeksi dan non-infeksi pada pemeliharaan ikan patin.

1. Penyakit Infeksi

Organisme patogen yang menyebapkan infeksi pada ikan patin terdiri dari parasit, jamur, bakteri, dan virus.
a. Parasit
Penyakit parasit yang seringkali menyerang ikan patin adalah penyakit white spot (bintik putih) dan trichodinasis. Penyakit white spot disebabkan oleh parasit dari jenis lchtyophthirius multifilis. Ikan patin yang terinfeksi akan terlihat bintik-bintik putih di sekujur tubuhnya, produksi ledir ikan patin akan berkurang dan seringkali diikuti dengan infeksi sekunder oleh bakteri.
 Parasit lchtyophthirius multifilis ini sanagat sulit untuk di obati dengan zat kimia karena tahap parasitiknya menginfeksi di bawah epidermis (kulit) ikan patin dan tidak akan mati dengan zat kimia. Tahap siste ich di air juga tahan terhadap zat kimia. Tahap sasaran untuk pengobatan adalah tomont (tahap berenang di air sebelum jtahap siste) dan theront (tahap berenang antara tahap siste dan trophont) dengan menaikkan suhu air atau melakukan pergantian air hingga serangan terlihat berkurang.

Trichodinasis adalah parasit yang juga berbahaya di dalam budidaya ikan patin. Ikan yang terserang parasit ini akan menunjukkan tanda-tanda "flashing" yaitu ikan menjadi gelisah dan menggesek-gesekkan tubuh ke dasar kolam/bak atau subtrat keras lainnya yang tujuannya adalah untuk melepaskan diri dari parasit ini. kerusakan pada kulit atau siripberbentu merah/luka, dan sering disertai infeksi sekunder. Pemberantasan parasit ini dapat dilakukan dengan menggunakan air garam (NaCL 2.5 %).

b. Jamur
Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan patin. Penyebab penyakit jamur adalah saprolegnia dan achlya. Pada kondisi air yang kurang optimal, kemungkinan ikan patin terserang jamur lebih besar. Pencegahan penyakit jamur ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kuallitas air kolam agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati. Penangan yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan malachyte green oxalate sejumlah 2-3 gram dalam 1 liter air selama 30 menit.

c. Bakteri
Penyakit bakteri juga menjadi salah saatu ancaman bagi ikan patin. Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit bakteri yang seringkali menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu aeromonas hydrophila, edwardsiella ictaluri,dan pseudomonas anguilliseptica
Seringkali bakteri sangat mudah menular, sehingga ikan patin yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera dimusnahkan. Sedangkan untuk pencegahan dapat mengaplikasikan perlakuan dengan menggunakan tanaman obat dan probiotik.
Berikut adalah beberapa tanaman obat (herbal) yang dapat digunakan untuk mencegah ikan patin terkena penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Tanaman ini diketahui memiliki efek yang dapat digunakan untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit :
  1. Daun sirih (piper betle), diketahui berdaya antioksidasi, antiseptik, bakterisida, dan fungisida;
  2. Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata) bersifat anti bakteri;
  3. Daun Jambu biji (psidium guajava), selain bersifat anti bakteri juga bersifat anti viral;
  4. Daun Meniran (phyllanthus niruri), bersifat anti bakteri;
  5. Buah Mengkudu (bancudus latifolia), bersifat anti bakteri, memperkuat sistem kekebalan tubuh;
  6. Daun Pepaya (carica pepaya), dapat meningkatkan kekebalan;
  7. Daun Kipahit (paspalum conjugatum), bersifat anti bakteri;
  8. Kunyit (curcima domestica), mengandung minyak atsiri sebagai anti bakteri;
  9. bawang Putih (allium sativum), anti bakteri;
  10. Daun Ketapang (terminalia cattapa), mengatur pH air, mengandung minyak atsiri sebagai anti bakteri;
  11. Jombang (taraxacum officinale), yang bersifat anti toksin.
Pada aplikasi pemakaian obat herbal tersebut bisa digunakan dengan mencampurkan pada pelet dengan cara daun-daunan tersebut ditumbuk sampai halus dengan sedikit air. Air saripati daun-daunan tersebut dicampurkan pada pelet atau bisa juga menggunakan telur sebagai bahan perekat. Selanjutnya pelet cukup diangin-anginkan saja. Penggunaan obat-obatan herbal tersebut akan lebih tepat dipakai sebagai pencegahan karena tidak ada efek samping seperti penggunaan bahan kimia.

Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang apabila diberikan dalam jumlah yang sesuai, akan memberikan keuntungan terhadap inangnya (ikan). Keuntungannya antara lain produksi senyawa anti bakteri penyakit, kompetitor bakteri penyakit, merangsang kekebalan, sebagai anti virus, memperbaiki kualitas air, dan peningkatan pemanfaatan pakan dan pertumbuhan. saat ini bakteri probiotik telah banyak beredar di pasaran.

2. Penyakit Non-infeksi 

Penyakit non-infeksi pada ikan patin dapat disebabkan faktor lingkungan atau genetik. Faktor lingkungan diantaranya adalah kekurangan oksigen, keracunan atau kurang gizi. Keracunan dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur atau karena pencemaran lingkungan perairan.
Gejala kekurangan oksigen dapat diindentifikasi dari tingkah laku ikan. Ikan akan melemah, berenang megap-megap dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya ikan berenang terbalik dan mati.
kasus faktor genetik benih yang kurang baik, ikan akan tumbuh dengan lambat atau berkembanga tidak normal. Sedangkan pada kasus kekurangan gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat besar, tidak seimbanga dengan ukuran tubuh, kurang lincah.


Secara umum penyakit Infeksi dan non-infeksi ini dapat dicegah dengan pengelolaan dan cara budidaya ikan patin yang baik. Adapun cara pengelolaan yang baik tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Pengelolaan lingkungan pemeliharaan ikan yang baik yang dapat dicapai dengan penerapan sanitasi/kebersihan pada alat dan wadah pemeliharaan dan mencegah terjadinya pengumpulan bahan organik baik dari sisa pakan berlebih dan kotoran. Ini dilakukan cara pergantian air dan menghisap lumpur pada dasar kolam setelah panen dengan menggunakan pompa. Selain itu, pengapuran tanah dasar (CaCO3) juga dapat diterapkan. Hal ini dapat memberantas hewan-hewan lain yang merupakan hewan vektor pembawa/penyebab penyakit selain itu juga dapat menghilangkan gas-gas beracun dan meningkatkan daya dukung dari lahan budidaya tersebut;
  2. Penebaran benih yang sehat dan dari keturunan yang unggul;
  3. Pemberian jumlah dan kandungan pakan yang optimal;
  4. Peningkatan kekebalan ikan dengan vitamin atau vaksin. Pemberian vitamin C yang dicampurkan pada pakan diketahui dapat meningkatkan daya imunitas;
  5. Sistem karantina ikan yang baik; hal yang tidak kalah pentingnya adalah pembatasan pergerakan populasi ikan yang diketahui telah terinfeksi ke daerah yang belum terinfeksi. Pembudidayaa ikan yang hendak memasukkan atau mengeluarkan suatu jenis ikan hendaknya melaporkan apda petugas Karantia Ikan. Sebagai Institusi, Karantina Ikan mempunyai tugas pokok yaitu mencegah persebaran hama dan penyakit agar tercapainya hal tersebut.

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi ( Stasiun karantina Ikan Kelas I Sultan Thaha)
 

No comments :

Post a Comment